Chemsex: Ketika Seks Terhubung dengan Zat Kimia

Puncak kepuasan atau orgasme pada suatu hubungan seksual bukanlah satu-satunya hal terpenting yang mana terdapat di akhir sesi sebuah hubungan intim. Proses berjalannya aktivitas seksual yang mengarah pada puncak kenikmatan tersebut juga menjadi salah satu poin utama yang menjadi surga tersendiri bagi mereka yang melakukannya. Keterlibatan 2 orang atau lebih, orientasi seks yang beragam, foreplay atau afterplay yang meningkatkan rasa nyaman pada pasangan, sampai penggunaan narkotika maupun zat lainnya tak jarang dilakukan di dalam kegiatan pemenuhan kebutuhan gairah seksual masing-masing penggunanya.

Chemsex merupakan singkatan dari chemical sex yang berarti suatu aktivitas seksual yang didukung oleh penggunaan suatu zat kimia dalam prosesnya demi meningkatkan gairah maupun memenuhi keinginan penggunanya. Beberapa alasan dilakukannya Chemsex ialah tubuh yang kurang fit, gairah seks yang cenderung rendah, disfungsi ereksi, sampai adanya tuntutan dari pasangan. Efek jangka pendek maupun panjang yang diberikan oleh Chemsex itu sendiri tergantung pada zat kimia apa yang diikutsertakan dalam hubungan seksual tersebut.

Chemsex digunakan di Inggris untuk menggambarkan seks yang disengaja di bawah pengaruh obat psikoaktif, kebanyakan di antara pria yang berhubungan seks dengan pria.

Wawancara mendalam dilakukan terhadap 30 pria gay yang mengidentifikasi dirinya (rentang usia 21–53) dan tinggal di tiga wilayah London Selatan.

Sekitar setengah dari peserta telah menggunakan berbagai obat selama bertahun-tahun. Sedangkan yang lainmya mengatakan bahwa mereka baru saja diperkenalkan dengan obat-obatan, seringkali oleh pasangan seksual yang ingin meningkatkan sesi seksual saat berhubungan intim.

Sebagai obat yang relatif baru di kancah gay, pemahaman tentang dosis yang tepat sangatlah minim dan kasus overdosis tak jarang ditemukan, terutama dalam kaitannya dengan salah satu zat yaitu GHB.

Negosiasi seks, terutama dalam lingkungan seks berkelompok, diperumit oleh efek obat-obatan dan sejumlah kecil pria melaporkan kekhawatiran yang berkaitan dengan persetujuan seksual.

Sementara sebagian besar pria pernah mengalami berbagai gangguan kesehatan fisik dan mental, hanya sedikit yang mengakses dukungan profesional karena takut dihakimi atau khawatir tentang keahlian terkait Chemsex.

Beberapa pemanfaatan zat seperti GHB (gamma-hydroxybutyrate), Mephedrone, dan Crystal Meth sering kali ditemukan dalam suatu aktivitas seksual yang mana merupakan salah satu bentuk dari Chemsex. Beberapa zat yang telah disebutkan memiliki efek yang berbeda dari masing-masing penggunaannya. Mulai dari otot-otot yang lebih rileks, berkurangnya rasa sakit ketika seks anal, pikiran yang mengamban-ambang, stamina yang meningkat, sampai menurunnya kesadaran.

Namun, Chemsex juga memiliki efek jangka panjang yang tentu perlu menjadi salah satu hal yang memerlukan perhatian khusus disamping kepuasan yang didapat.

Mephedrone dan Crystal Meth adalah stimulan fisiologis, yang dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah, serta memicu euforia dan gairah seksual.

Mephedrone sendiri muncul sebagai bubuk putih yang cara mengkonsumsinya yaitu dengan cara didengus atau ditelan. Penggunaan melalui injeksi juga tak jarang dilaporkan. Suntikan obat dikaitkan dengan risiko overdosis yang lebih tinggi dan bahaya lain seperti infeksi. Ketika Mephedrone dihirup, hanya memerlukan waktu beberapa menit agar efeknya muncul, dan efeknya biasanya mencapai puncaknya dalam setengah jam atau kurang. Ketika zat ini tertelan, efeknya bisa memakan waktu lebih dari 45 menit untuk muncul, tergantung pada faktor-faktor seperti berapa banyak makanan yang ada di perut.

Beberapa pengguna memiliki efek samping yang tidak diinginkan dari obat tersebut seperti halnya kehilangan nafsu makan, gangguan otot dan tremor, sakit kepala, kegelisahan, tekanan darah tinggi dan nyeri dada, detak jantung yang cepat dan tidak teratur, kesulitan buang air kecil, hingga perubahan suhu tubuh.

GHB (dan pendahulunya GBL) adalah disinhibitor psikologis yang kuat dan juga obat bius ringan. Penggunaan dari GHB sendiri dalam Chemsex memiliki cerita yang berbeda. GHB atau Gamma Hydroxybutyrate (C4H8O3) adalah depresan sistem saraf pusat (SSP) yang biasa disebut sebagai obat “klub narkoba” atau “obat pemerkosaan” dalam kancah Gay di Inggris selatan.

GHB disalahgunakan oleh remaja dan dewasa muda di bar, dan pesta yang mana sering ditempatkan dalam minuman beralkohol. Euforia, dorongan seks yang meningkat, dan ketenangan dilaporkan merupakan efek positif dari penggunaan GHB. Efek negatif mungkin termasuk berkeringat, kehilangan kesadaran, mual, halusinasi, amnesia, dan koma, di antara efek samping lainnya.

Laporan anekdotal dan beberapa studi kualitatif kecil di Inggris tersebut menemukan bahwa orang yang melakukan chemsex melaporkan seks yang lebih baik, dengan obat ini mengurangi hambatan dan meningkatkan kesenangan. Mereka memfasilitasi gairah yang berkelanjutan dan menimbulkan perasaan hubungan instan dengan pasangan seksual. Beberapa pengguna melaporkan menggunakannya untuk mengelola perasaan negatif, seperti kurangnya kepercayaan diri dan harga diri, homofobia yang diinternalisasi, dan stigma tentang status HIV mereka.

Beberapa zat yang digunakan dalam Chemsex masih tidak memiliki landasan hukum yang pasti. Ketidakpastian hukum membuat jalur pesebaran beberapa zat ini menjadi tidak terkontrol. Beberapa dapat digolongkan kedalam jenis Viagra, namun tak jarang masyarakat dan tenaga kesehatan menggolongkan beberapa zat tersebut sebagai Psikotropika yang mana jika mereka memiliki keterkaitan dengan masalah adiksi dalam penggunaannya.

Penggunaan zat yang tidak tepat sasaran memberikan dampak fisik, mental, dan sosial bagi para penggunanya maupun bagi lingkungan sekitar. Adiksi yang tidak terkontrol, dan penanganan yang tidak ramah komunitas tak jarang menurunkan minat masyarakat untuk menjangkau tenaga profesional yang diasumsikan dapat membantu.

Praktek jual beli yang tidak aman juga penggunaan dalam dosis yang tidak terkontrol tentu menjadi masalah tersendiri dalam ketergantungan akan Chemsex tersebut.

Tingkat kesadaran yang menurun juga terkadang menjadi alasan utama mengapa seseorang tidak menggunakan kondom dalam hubungan seks. Hal ini dapat mengarah pada tertularnya infeksi menular seksual, sampai transmisi HIV.

Pada dasarnya, tidak ada penggolongan atas suatu zat yang baik maupun buruk. Indikator penilaian suatu zat dikatakan baik dan buruk menimbang banyak hal seperti kegunaan zat, siapa penggunanya, tujuan penggunaan, efek dari penggunaan, tanggapan lingkungan sosial, sampai kontrol pribadi atas kebutuhhan zat itu sendiri.

Stigma masyarakat atas suatu hal yang minim akan pemahaman secara komprehensif membuat kondisi tersebut rentan sekali menimbulkan konflik. Dalam hal ini, mereka yang melakukan Chemsex mendapat tekanan yang begitu kompleks, sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan atas perlindungan atas hak individu itu sendiri.

Share this post